Zohran Mamdani, Kandidat Wali Kota NYC, Diserang Karena Pidato Anti-Modi dan Anti-Hindu
2025-06-26T10:03:24Z

Kandidat wali kota New York City, Zohran Mamdani, yang merupakan seorang politisi asal India, menghadapi reaksi keras dari banyak tokoh publik dan suara diaspora setelah serangkaian komentar kontroversial dan unggahan lama di media sosial yang menargetkan Perdana Menteri Narendra Modi, agama Hindu, serta lembaga demokrasi India.
Mamdani, yang merupakan anggota Majelis dari Partai Demokrat (D-NY), baru-baru ini memenangkan pemilihan pendahuluan Partai Demokrat setelah mantan Gubernur New York Andrew Cuomo mengundurkan diri dari perlombaan wali kota. Sebanyak 43.5% suara mendukungnya, dengan 90% suara terhitung. Jika terpilih dalam putaran akhir, Mamdani akan menjabat sebagai wali kota Muslim pertama New York.
Walaupun Mamdani telah lama memposisikan diri sebagai suara progresif, banyak kritik yang menyatakan bahwa pernyataannya melampaui batas dari sekadar ketidaksetujuan menjadi disinformasi dan kebencian. Hal ini menjadi semakin penting di tengah konteks global di mana komunitas India-Amerika semakin menegaskan identitas mereka dalam kehidupan publik.
Kontroversi muncul ketika Mamdani menyatakan dirinya tidak akan tampil di atas panggung yang sama dengan PM Modi, yang ia sebut sebagai ‘penjahat perang’. Pernyataan ini diucapkan pada sebuah acara di bulan Mei 2025, saat ia dibandingkan dengan PM Israel Benjamin Netanyahu. “Ini adalah seseorang yang seharusnya kita anggap sama seperti kita menganggap Benjamin Netanyahu. Ini adalah penjahat perang,” ujar Mamdani.
Dia juga mengemukakan pernyataan yang dianggap provokatif, menyebutkan bahwa ia sering mengejutkan orang-orang dengan mengungkapkan bahwa ia adalah seorang Muslim Gujarati, “karena Modi membunuh begitu banyak sehingga orang tidak percaya kami ada lagi.”
Berbagai pemimpin India, termasuk anggota Partai Kongres Abhishek Singhvi, mengkritik pernyataan Mamdani, menegaskan: “Ketika Zohran Mamdani membuka mulutnya, tim PR Pakistan libur. India tidak butuh musuh dengan ‘sekutu’ seperti dia yang berteriak fiksi dari New York.”
Pernyataan Mamdani tentang penghapusan Muslim Gujarati juga dianggap sangat provokatif dan tidak berdasar. Data sensus Gujarat 2021 menunjukkan bahwa Muslim menyusun sekitar 10 persen dari populasi negara bagian, dengan jumlah lebih dari enam juta, yang bertentangan dengan klaimnya tentang penghapusan demografis.
Analisis politik Omer Ghazi mengkritik pernyataan tersebut sebagai “tidak hanya provokatif dan salah, tetapi juga menghina lebih dari enam juta populasi Muslim yang hidup di Gujarat.” Ia menambahkan, “Ini menunjukkan bahwa Mamdani akan berbohong demi mencapai tujuan ideologisnya.”
Pernyataan Mamdani memicu gelombang kecaman di media sosial, terutama di kalangan pengguna asal India dan komentator diaspora yang menuduhnya mendorong narasi ekstremis di balik politik progresif. Beberapa pengguna menyebutnya sebagai “Wali Kota Jehadis New York,” menuduhnya menyebarkan kebencian terhadap komunitas Hindu dan Yahudi.
Menariknya, Mamdani juga dicatat tidak mengutuk slogan-slogan yang berisi provokasi seperti “Globalise the Intifada” serta membacakan catatan penjara Umar Khalid, yang bagi banyak orang dianggap tidak progresif tetapi berbahaya.
Salah satu episode paling kontroversial terjadi saat ia ikut serta dalam protes di Times Square pada bulan Agustus 2020, menentang perayaan Ram Mandir. Menurut saksi mata, para demonstran meneriakkan slogan-slogan yang menghina Hindu dan Lord Ram, tetapi Mamdani tidak mengutuknya secara publik, yang membuatnya dicap sebagai pihak yang mendukung kebencian tersebut.
Aktor Kangana Ranaut juga bereaksi tajam terhadap pernyataan Mamdani, menyoroti akar India keluarganya. Ia menulis: “Ibunya adalah Mira Nair, salah satu pembuat film terbaik kami, dan tentunya namanya lebih terdengar Pakistan daripada India… apa yang terjadi dengan identitas Hindu atau garis keturunannya?”
Kehadiran Mamdani di acara-acara semacam itu tanpa mengutuk pidato kebencian menunjukkan kemarahan yang selektif. Sekali lagi, banyak yang menyerukan agar ia lebih bertanggung jawab atas pernyataan dan tindakannya.
Dengan banyaknya tweet provokatif yang telah muncul kembali, situasi ini menunjukkan tantangan yang dihadapi Mamdani dalam membangun citra progresif sambil menangani kritik yang semakin meningkat terhadap pandangan dan retorikanya yang kontroversial.
Robert Jackson
Source of the news: News18